Pernahkah Anda tiba-tiba sangat ingin makan cokelat, makanan pedas, atau gorengan, bahkan ketika tidak benar-benar lapar? Fenomena ini dikenal dengan istilah cravings atau ngidam. Cravings sering kali datang tanpa diduga dan bisa sangat spesifik, membuat kita merasa “harus” makan sesuatu saat itu juga.

PAFI Daik (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) mengajak masyarakat untuk lebih memahami apa sebenarnya yang menyebabkan kita mengalami cravings, apakah ini berkaitan dengan kondisi tubuh, pikiran, atau sekadar kebiasaan. Memahami cravings bisa menjadi langkah awal untuk mengontrol pola makan dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Apa Itu Cravings?

Cravings adalah dorongan kuat untuk mengonsumsi makanan tertentu. Tidak seperti rasa lapar biasa, cravings biasanya tidak disebabkan oleh kebutuhan energi tubuh, tetapi lebih dipicu oleh faktor emosional, psikologis, atau bahkan hormonal.

PAFI menjelaskan bahwa cravings tidak selalu buruk. Namun, jika tidak dikendalikan, dapat menyebabkan kebiasaan makan berlebihan, penambahan berat badan, hingga gangguan metabolik lainnya.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Cravings

Ada banyak hal yang bisa memicu keinginan kuat terhadap makanan tertentu. Berikut beberapa penyebab yang umum menurut PAFI Daik:

1. Ketidakseimbangan Hormon

Hormon seperti insulin, leptin, ghrelin, dan serotonin berperan besar dalam mengatur nafsu makan. Ketika kadar hormon ini tidak seimbang, tubuh bisa memberikan sinyal palsu yang memicu cravings.

Misalnya, saat kadar serotonin (hormon kebahagiaan) menurun, kita cenderung menginginkan makanan manis atau karbohidrat karena jenis makanan tersebut dapat meningkatkan produksi serotonin.

2. Kondisi Emosional

Stres, cemas, bosan, atau sedih bisa memicu keinginan untuk makan makanan tertentu sebagai bentuk pelarian atau “penghiburan”. Makanan sering dijadikan sarana untuk menenangkan diri, terutama yang tinggi gula atau lemak.

PAFI mengingatkan pentingnya mengenali apakah cravings yang kita alami berasal dari kondisi emosional, bukan rasa lapar yang sesungguhnya.

3. Kebiasaan dan Lingkungan

Seringkali cravings muncul karena asosiasi dengan waktu atau tempat tertentu. Contohnya, ingin ngemil saat menonton film, atau craving kopi saat jam kerja pagi.

Lingkungan juga sangat berpengaruh. Melihat iklan makanan atau mencium aroma makanan dari luar bisa secara tidak sadar memicu keinginan makan.

4. Kekurangan Nutrisi

Beberapa ahli percaya bahwa cravings bisa menjadi sinyal tubuh yang kekurangan nutrisi tertentu. Misalnya, keinginan makan cokelat bisa dikaitkan dengan kekurangan magnesium. Namun, PAFI mencatat bahwa teori ini belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah dan masih menjadi perdebatan.

5. Pola Tidur yang Buruk

Kurang tidur bisa memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan. Akibatnya, tubuh lebih sering mengirim sinyal lapar palsu dan keinginan makan yang tidak sehat.

Apakah Cravings Harus Selalu Dituruti?

Tidak semua cravings perlu dihindari. Sesekali mengikuti keinginan makan, terutama dalam porsi kecil dan tidak berlebihan, bisa menjadi bagian dari hidup yang seimbang.

Namun, PAFI Daik menekankan pentingnya kesadaran. Jika cravings terjadi terlalu sering, terutama terhadap makanan tinggi gula, garam, atau lemak, maka ini bisa menjadi tanda adanya gangguan pola makan atau stres yang tidak disadari.

Cara Sehat Mengelola Cravings

Berikut beberapa tips dari PAFI untuk membantu Anda mengelola cravings dengan cara yang sehat:

  1. Kenali pemicu cravings Anda
    Apakah karena stres, bosan, atau lingkungan sekitar? Mengetahui penyebab akan memudahkan Anda mengendalikannya.

  2. Minum air putih
    Kadang tubuh keliru membedakan antara haus dan lapar. Minumlah air dan tunggu beberapa menit sebelum memutuskan makan.

  3. Alihkan perhatian
    Lakukan aktivitas lain yang menyenangkan seperti berjalan, membaca, atau menelepon teman.

  4. Sediakan camilan sehat
    Jika cravings datang, lebih baik memilih camilan yang bergizi seperti buah, kacang, atau yogurt rendah gula.

  5. Tidur cukup dan kelola stres
    Keseimbangan hormon sangat dipengaruhi oleh kualitas tidur dan kesehatan mental.

PAFI Daik Mengedukasi dengan Pendekatan Holistik

Sebagai bagian dari peran aktif dalam peningkatan kesehatan masyarakat, PAFI Daik tidak hanya fokus pada edukasi soal obat-obatan, tetapi juga memberikan pemahaman tentang gaya hidup sehat, termasuk dalam mengelola pola makan.

PAFI percaya bahwa kesehatan bukan hanya soal menghindari penyakit, tetapi juga tentang keseimbangan antara fisik dan mental, termasuk bagaimana kita menyikapi cravings yang sering dianggap sepele.

Cravings adalah bagian alami dari kehidupan manusia, tetapi bukan berarti harus selalu diikuti. Dengan pemahaman yang tepat, kita bisa mengenali penyebabnya dan mengelolanya dengan bijak.

PAFI Daik mengajak seluruh masyarakat untuk lebih sadar terhadap pola makan dan memperhatikan sinyal tubuh secara menyeluruh. Karena pada akhirnya, kesehatan adalah tentang bagaimana kita mendengarkan dan merespons kebutuhan tubuh kita dengan bijak dan seimbang.