
Selama ini, kanker payudara sering kali dianggap sebagai penyakit khusus wanita. Padahal, pria juga memiliki jaringan payudara dan tetap memiliki risiko terkena kanker payudara, meski jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan wanita. Sayangnya, karena kurangnya informasi, banyak pria yang tidak menyadari gejala-gejala awalnya hingga kanker ditemukan dalam stadium lanjut.
PAFI DAIK (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengingatkan bahwa kesadaran dan edukasi tentang kanker payudara pada pria sama pentingnya dengan deteksi dini pada wanita. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang untuk sembuh.
Pria Juga Punya Jaringan Payudara
Meski tidak berkembang seperti pada wanita, pria tetap memiliki jaringan kelenjar payudara. Inilah sebabnya mengapa kanker payudara bisa terjadi pada pria, meskipun kasusnya lebih jarang. Menurut data medis, sekitar 1 dari 100 kasus kanker payudara terjadi pada pria.
PAFI menegaskan bahwa semua orang—termasuk pria—perlu memahami bahwa kanker payudara bukan hanya penyakit wanita. Edukasi dan deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa.
Siapa yang Berisiko?
Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara pada pria antara lain:
-
Usia di atas 60 tahun
-
Riwayat keluarga dengan kanker payudara
-
Mutasi genetik, seperti BRCA1 dan BRCA2
-
Kadar hormon estrogen tinggi
-
Penyakit hati atau sirosis
-
Riwayat terapi radiasi di bagian dada
PAFI DAIK menekankan bahwa pria yang memiliki faktor-faktor risiko ini sebaiknya lebih waspada dan melakukan pemeriksaan rutin jika muncul gejala mencurigakan.
Gejala Kanker Payudara pada Pria
Salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya kesadaran terhadap gejala awal. Banyak pria yang mengabaikan tanda-tanda karena merasa itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai:
-
Benjolan di area dada (biasanya di dekat puting)
-
Perubahan kulit di sekitar puting (kemerahan, bersisik, atau mengerut)
-
Puting masuk ke dalam (retraksi)
-
Keluarnya cairan dari puting
-
Pembengkakan atau perubahan bentuk dada
-
Rasa nyeri yang tidak biasa
PAFI menyarankan agar tidak menunda pemeriksaan jika Anda menemukan gejala-gejala ini. Meski belum tentu kanker, hanya pemeriksaan medis yang bisa memastikan penyebabnya.
Diagnosis dan Pengobatan
Diagnosis kanker payudara pada pria dilakukan melalui pemeriksaan fisik, mammografi, USG, dan biopsi jaringan. Jika ditemukan sel kanker, dokter akan menentukan stadium dan merancang rencana pengobatan.
PAFI menjelaskan bahwa pengobatan pada pria tidak jauh berbeda dari wanita. Beberapa metode yang umum digunakan meliputi:
-
Operasi (biasanya mastektomi)
-
Kemoterapi
-
Radioterapi
-
Terapi hormon
-
Targeted therapy
Kunci dari keberhasilan pengobatan adalah deteksi sedini mungkin. Semakin awal diketahui, semakin tinggi tingkat keberhasilannya.
Mengatasi Stigma dan Edukasi yang Kurang
Banyak pria enggan memeriksakan diri karena merasa malu atau menganggap ini adalah “penyakit wanita”. Inilah yang ingin diubah oleh PAFI DAIK. Edukasi harus dilakukan secara terbuka agar pria lebih peduli pada kesehatannya sendiri.
PAFI percaya bahwa apoteker dan tenaga kesehatan punya peran besar dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, termasuk tentang kanker payudara pada pria. Melalui kampanye dan penyuluhan, masyarakat diharapkan lebih berani berkonsultasi dan mencari bantuan sejak dini.
Kanker payudara memang lebih jarang terjadi pada pria, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Waspadai gejala-gejalanya, terutama jika memiliki faktor risiko. Pemeriksaan medis sedini mungkin adalah langkah bijak yang bisa menyelamatkan hidup.
PAFI DAIK (PERSATUAN AHLI FARMASI INDONESIA) mengajak seluruh masyarakat, khususnya pria, untuk tidak malu memperhatikan kesehatan payudara. Jangan tunggu sampai parah. Apabila Anda merasa ada perubahan mencurigakan, segera konsultasikan dengan tenaga medis atau apoteker PAFI terdekat.
Edukasi, kesadaran, dan tindakan cepat adalah kunci utama melawan kanker. Bersama PAFI, mari tingkatkan kepedulian terhadap kesehatan kita semua baik pria maupun wanita.